UMRI & UMPSA: Diplomasi Ilmiah di Jejak Jejak Molekul, Menuju Kampus Peradaban Farmakologi Jaringan
- Rabu, 06 Agustus 2025 - 14:37:31
- Oleh admin

PUKUL pukul 10.00 WIB, Aula Kemahasiswaan Universitas Muhammadiyah Riau (UMRI) tak hanya menjadi ruang pertemuan, melainkan panggung bagi sejarah kecil yang bisa saja menjelma besar di masa depan. Di sanalah, UMRI secara resmi menandatangani dan memulai implementasi kerjasama internasional dengan Universiti Malaysia Pahang Al-Sultan Abdullah (UMPSA). Bukan sekadar basa-basi akademik, tetapi kolaborasi lintas batas negara yang mengusung dua kata keramat dunia sains hari ini: Network Pharmacology.
Di tengah geliat akademik yang kadang lebih ramai seremoni daripada substansi, inilah momentum di mana gagasan bukan hanya ditulis dalam proposal-melainkan diuji, diselami, dan disilangkan di laboratorium antarbangsa. Kolaborasi ini dibungkus dalam dua wujud program utama: Matching Grant dan Student Mobility.
Farmasi, Data, dan Jejak Molekul yang Menyusun Takdir
Selama satu bulan penuh, mahasiswa UMRI tak hanya akan "melancong" ke negeri jiran, tetapi meneliti dengan serius, tentang Network Pharmacology, sebuah kajian lintas disiplin yang menggabungkan farmasi, sistem jaringan biologis, dan teknologi data dalam mengurai kompleksitas penyakit dan pengobatan. Bidang ini masih bisa disebut balita di tanah air, apalagi di kawasan Riau, namun justru di situlah UMRI meletakkan taruhan ilmiahnya.
Dengan pendekatan ini, obat bukan lagi satu peluru untuk satu sasaran, tapi satu senyawa yang menjalin interaksi kompleks dalam jejaring molekul tubuh manusia. Jika dulu dokter adalah "dewa" tunggal, kini algoritma, simulasi komputer, dan model jaringan molekuler mulai mengambil alih sebagian takhta.
Dan di tengah perubahan paradigma itu, UMRI ingin menanam bendera.
Kampus dan Ilmuwan sebagai Duta Kecil Kemajuan
Tiga wajah mewakili UMRI dalam misi diplomasi akademik ini:
1. Dr. Jufrizal Syahri, Wakil Rektor III sekaligus Ketua Tim Peneliti Matching Grant UMRI.
2. Dr. Prasetya, Dekan FMIPA dan Kesehatan, yang meyakini bahwa riset bukan hanya soal publikasi, tapi tentang peradaban.
3. Muhammad Idris, mahasiswa Kimia yang akan menjalani Mobility Student Program bukan sekadar jalan-jalan ilmiah, tapi menyelam di samudera data dan molekul.
Di pihak UMPSA, sambutan hangat datang dari:
1. Dr. Fasihi Aluwi, Ketua Tim Matching Grant UMPSA sekaligus pakar Network Pharmacology yang sudah lebih dulu berenang di lautan bioinformatika.
2. Miah Rooney, ilmuwan muda yang menjadi mitra Idris dalam eksplorasi jaringan molekul.
3. Perwakilan dari Bioaromatic Research Centre, pusat riset yang kini membuka pintu bagi sinergi lintas kampus dan bangsa.
Tak main-main, kedua kampus menyuntikkan dana masing-masing sebesar 10.000 Ringgit Malaysia dalam Matching Grant ini. Sebuah bentuk komitmen ilmiah yang, meski angkanya belum bisa mengguncang bursa, cukup untuk menyalakan obor riset yang sesungguhnya.
UMRI Menggugat Status Quo: Riset Bukan Hanya Alat Akreditasi
Di tengah atmosfer akademik yang kadang terlalu sibuk mengejar peringkat dan akreditasi, UMRI mencoba berkata lain: riset bukanlah catatan kaki di borang, ia adalah naskah utama peradaban.
Rencana jangka panjang dari kolaborasi ini adalah perluasan jejaring riset internasional. UMRI ingin agar para dosennya bukan hanya "mengajar" tetapi juga "menjelajah". Bukan hanya menyelesaikan RPS, tetapi juga menyumbang pada jurnal internasional. Bukan hanya menulis soal Pancasila, tetapi juga menjelaskan interaksi molekul pada diabetes melitus dengan pendekatan jaringan farmakologi.
Sastra Molekuler dan Diplomasi Akademik: Harapan di Antara Mikroskop
Di zaman ketika kecerdasan buatan mulai menulis puisi, dan robot bisa mendeteksi kanker lebih cepat dari manusia, kampus-kampus tak bisa lagi nyaman dalam kungkungan lokalitas. Mobilitas ilmiah, kolaborasi lintas batas, dan kecanggihan multidisiplin adalah keniscayaan.
Dan hari ini, dari sebuah aula sederhana di Pekanbaru, UMRI memulai langkah kecil yang bisa jadi akan menuntun pada loncatan besar. Sebab dalam dunia riset, seperti juga dalam hidup, jejak molekul pun bisa menjadi jalan menuju keabadian.
Wallahu a'lam bish shawab.
*Pegiat dakwah Online Jambi